Di tengah deru mesin modernisasi dan derasnya arus globalisasi, satu hal yang tak boleh luput dari perhatian ialah warisan budaya yang menjadi akar jati diri. Bagi masyarakat Melayu, adat bukan sekadar aturan hidup. Adat adalah marwah. Adat adalah pedoman. Adat adalah benteng pertahanan identitas yang diwariskan dari nenek moyang, dan wajib dijunjung sampai kapan pun.
🌿 Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah
Pepatah lama Melayu berbunyi: “Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah.” Ini bukan sekadar ungkapan klise, tetapi prinsip hidup yang mencerminkan harmoni antara budaya dan agama. Dalam masyarakat Melayu, adat tidak berjalan sendiri, ia tumbuh dan hidup dalam bingkai syariat Islam. Inilah keunikan dan kekuatan budaya Melayu: berakar pada nilai tradisi, tapi tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Ilahi.
Hidup dalam masyarakat Melayu berarti hidup dalam aturan adat. Mulai dari cara berbicara, berpakaian, duduk dalam majelis, hingga tata cara bermusyawarah — semuanya diatur dalam adat. Bahkan sampai soal makan bersama pun, orang Melayu menjunjung tata krama: yang tua didahulukan, yang muda menghormati.
🏠 Rumah Adat, Balai Adat, dan Pemuka Adat
Salah satu bentuk nyata dari pelestarian adat Melayu terlihat dari keberadaan rumah adat, balai adat, serta peran tokoh adat. Di Dumai dan wilayah pesisir Riau lainnya, balai adat menjadi tempat bermusyawarah, menyelesaikan sengketa, dan merumuskan langkah bersama. Di sinilah hukum adat masih hidup, masih dihormati, dan masih menjadi rujukan masyarakat.
Tokoh adat atau Datuk Penghulu memainkan peran penting sebagai penjaga tatanan. Mereka bukan sekadar simbol, tapi juga penggerak nilai moral dan budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Bila anak cucu berselisih, maka pangkalnya diselesaikan lewat kata yang beradat, bukan emosi atau amarah. “Berselisih jangan berbunuh, bersengketa jangan bermusuh.”
💔 Ketika Adat Mulai Tergeser
Namun, tak dapat dinafikan, hari ini banyak nilai adat yang mulai memudar. Anak muda lebih hafal tren TikTok daripada petatah-petitih. Mereka lebih tahu kata-kata motivasi asing ketimbang falsafah Melayu seperti “biar lambat asal selamat” atau “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.”
Gedung-gedung megah berdiri, tapi banyak rumah adat roboh dimakan usia. Majelis adat kehilangan suara karena minimnya regenerasi. Bahkan dalam acara resmi, banyak yang lebih memilih protokol gaya luar ketimbang nuansa adat lokal.
Inilah tantangan zaman. Bila adat tak dijaga, maka marwah akan luntur. Bila budaya tak diwariskan, maka identitas akan hilang. Dan bila masyarakat Melayu sendiri tak lagi bangga pada adatnya, maka siapa lagi yang akan menjaganya?
💡 Menjaga Adat Lewat Pendidikan dan Aksi Nyata
Solusinya bukan nostalgia semata, tapi tindakan. Komunitas Melayu harus menjadi agen pelestarian budaya. Adat harus diajarkan sejak dini — di sekolah, di rumah, di surau, dan di ruang-ruang publik.
Pemerintah daerah perlu bekerja sama dengan lembaga adat untuk membuat program pelatihan adat untuk generasi muda: pelatihan berpantun, belajar bahasa Melayu tinggi, memahami struktur adat, serta mengenal sejarah leluhur.
Komunitas Melayu juga dapat menghidupkan kembali upacara adat, permainan tradisional, dan kegiatan budaya dalam format yang menarik generasi Z. Budaya dan teknologi bisa berjalan bersama. Mungkin, hari ini anak muda tak lagi duduk di panggung pantun, tapi kita bisa membawa pantun ke layar digital, membuat konten YouTube atau Instagram Reels yang membangkitkan nilai adat.
✊ Melayu Takkan Hilang Bila Dijaga Bersama
Perjuangan menjaga adat bukan soal menjaga masa lalu, tapi menjaga masa depan. Masyarakat yang tercerabut dari adat akan kehilangan akarnya. Dan masyarakat tanpa akar, mudah tumbang diterpa angin zaman.
Maka, kita mesti bersatu. Para pemuka adat, tokoh muda, guru, tokoh masyarakat, dan komunitas budaya harus berpegangan tangan. Kita junjung adat, kita jaga marwah. Kita wariskan bukan hanya harta, tapi harga diri.
Karena adat adalah wajah kita. Adat adalah cermin kita. Adat adalah identitas kita.
"Jikalau hilang emas di padang, masih boleh digali dan dicari.
Tapi jika hilang adat di badan, alamatlah musnah bangsa sendiri."
0 Comments